SMART UIM (Student's Mind, Article, Reflection & Thought)

Kesenjangan Ilmu di Dunia Akademik : Mengatasi Gap Knowledge dengan Nilai Filsafat dan Islam

Kesenjangan ilmu (gap knowledge) adalah fenomena yang kerap terjadi di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam lingkungan akademik. Kesenjangan ini tidak hanya memengaruhi kehidupan sehari-hari mahasiswa, tetapi juga perjalanan akademik mereka di kampus, bahkan hingga mereka lulus dan mengimplementasikan keilmuan dalam dunia kerja atau pengabdian masyarakat. Artikel ini akan mengulas dampak kesenjangan ilmu, strategi mengatasinya dengan pendekatan filsafat dan ajaran Islam, serta langkah praktis untuk memperkaya wawasan akademik. Apa Itu Kesenjangan Ilmu?    Kesenjangan ilmu merujuk pada perbedaan tingkat pengetahuan, keterampilan, atau pemahaman antara individu atau kelompok dalam suatu lingkungan. Dalam konteks akademik, kesenjangan ini bisa terjadi karena akses terbatas terhadap sumber belajar, kurangnya motivasi, atau perbedaan metode pembelajaran. Filsuf Yunani, Socrates, pernah berkata, “Saya hanya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa.” Pernyataan ini mencerminkan kesadaran akan keterbatasan pengetahuan sebagai langkah awal menuju pembelajaran yang mendalam. Dalam Islam, Al-Qur’an mengajarkan pentingnya menuntut ilmu, seperti dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11, yang menegaskan bahwa Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.      Kesenjangan ilmu bukanlah akhir dari perjalanan akademik, melainkan tantangan yang dapat diatasi dengan kesadaran, usaha, dan pendekatan yang tepat. Mahasiswa, sebagai agen perubahan, memiliki tanggung jawab untuk menutup kesenjangan ini melalui kehausan akan ilmu dan pemanfaatan sumber daya yang ada. Dampak Kesenjangan Ilmu di Lingkungan Akademik Kesenjangan ilmu dapat menghambat potensi mahasiswa dalam beberapa cara: Kurangnya Kesiapan Akademik: Mahasiswa yang tidak memiliki akses ke sumber belajar berkualitas mungkin kesulitan mengikuti perkuliahan atau penelitian. Rendahnya Inovasi: Kurangnya wawasan dapat membatasi kemampuan mahasiswa untuk menghasilkan ide-ide kreatif atau solusi inovatif. – Kesulitan di Dunia Kerja: Setelah lulus, kesenjangan ilmu dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk bersaing di pasar kerja atau berkontribusi secara maksimal dalam profesi mereka. Seorang filsuf modern, Michel Foucault, menekankan bahwa pengetahuan adalah kuasa (power). Dalam konteks akademik, memiliki ilmu yang memadai memberi mahasiswa keunggulan untuk menghadapi tantangan global. Dalam ajaran Islam, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah yang membawa keberkahan. Strategi Menutup Kesenjangan Ilmu   Berikut adalah beberapa strategi praktis untuk mengatasi kesenjangan ilmu dalam lingkungan akademik, yang diperkaya dengan nilai-nilai filsafat dan ajaran Islam: 1. Kembangkan Rasa Haus akan Ilmu   Filsuf Stoa, Epictetus, mengajarkan bahwa kebijaksanaan datang dari kesadaran akan keterbatasan diri. Mahasiswa harus menanamkan sikap “haus dan lapar” terhadap ilmu, sebagaimana yang diajarkan dalam Islam bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban seumur hidup. Dengan semangat ini, mahasiswa dapat terus mencari pengetahuan baru dari berbagai sumber, baik buku, internet, maupun diskusi dengan orang lain. 2. Manfaatkan Teknologi dan Media Sosial Secara Bijak    Di era digital, platform seperti internet dan media sosial dapat menjadi alat yang powerful untuk belajar. YouTube, Coursera, atau jurnal akademik daring dapat menjadi sumber ilmu yang tak terbatas. Namun, Islam mengajarkan pentingnya menyaring informasi dengan akal dan hati, sebagaimana dalam Surah Al-Hujurat ayat 6, yang memerintahkan untuk memverifikasi kebenaran informasi. 3. Optimalkan Fasilitas Kampus    Fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium komputer, dan konsultasi dengan dosen adalah aset berharga yang sering diabaikan. Mahasiswa harus proaktif memanfaatkan sumber daya ini untuk mendalami minat akademik mereka. Seperti yang dikatakan oleh filsuf Islam, Al-Ghazali, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan. 4. Budayakan Membaca dan Diskusi    Membaca adalah jendela dunia, dan kebiasaan ini harus ditanamkan sejak dini. Mahasiswa dapat membentuk kelompok baca atau forum diskusi untuk berbagi pengetahuan. Dalam tradisi Islam, majelis ilmu dianggap sebagai tempat turunnya rahmat Allah. 5. Terlibat dalam Penelitian dan Kegiatan Akademik    Berpartisipasi dalam penelitian bersama dosen atau lintas program studi dapat memperluas wawasan dan keterampilan. Ini juga membantu mahasiswa mengembangkan pola pikir kritis, yang merupakan inti dari filsafat Barat dan ajaran Islam tentang tafakur (perenungan). 6. Aktif di Organisasi Kampus    Forum seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), atau Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dapat menjadi wadah untuk mengasah keterampilan kepemimpinan dan kolaborasi. Aktivitas ini juga mencerminkan nilai ukhuwah dalam Islam, yaitu kebersamaan dalam kebaikan. 7. Pahami Proses sebagai Bagian dari Pembelajaran    Filsuf eksistensialis, Jean-Paul Sartre, menegaskan bahwa manusia didefinisikan oleh tindakan dan prosesnya. Dalam Islam, proses menuntut ilmu adalah jihad yang mulia. Ketidaktahuan bukanlah kebodohan, melainkan peluang untuk belajar. Setiap mahasiswa memiliki waktu dan momen unik untuk berkembang, sebagaimana Allah menciptakan setiap manusia dengan kapasitasnya masing-masing. Pengalaman Pribadi: Langkah Kecil Menuju Tujuan Besar    Saya ingin berbagi pengalaman pribadi sebagai mahasiswa S1 di usia 20-an. Berbeda dengan teman sekelas, saya mulai memikirkan topik skripsi sejak semester awal. Pepatah “langkah kecil adalah awal dari langkah besar” menjadi pemicu inisiatif saya. Saya merencanakan 2-10 langkah ke depan, memanfaatkan waktu luang untuk membaca, berdiskusi dengan dosen, dan mengeksplorasi ide. Pertanyaan “bagaimana saya bisa menjaga semangat akademik?” menjadi pengingat untuk tetap fokus di tengah godaan hobi atau aktivitas lain. Kesadaran ini, yang saya yakini sebagai tanda dari Allah, membantu saya menutup kesenjangan ilmu secara bertahap. Kesimpulan: Ilmu sebagai Jembatan Kehidupan   Kesenjangan ilmu adalah tantangan universal yang dapat diatasi dengan semangat belajar, pemanfaatan sumber daya, dan kesadaran akan proses. Dalam perspektif filsafat, ilmu adalah alat untuk memahami eksistensi manusia. Dalam ajaran Islam, ilmu adalah cahaya yang membimbing menuju kebenaran. Dengan menggabungkan pendekatan ini, mahasiswa dapat menjadikan lingkungan akademik sebagai ladang untuk menanam benih pengetahuan yang akan terus tumbuh sepanjang hidup.     Apakah Anda siap berproses untuk menutup kesenjangan ilmu? Ingatlah, seperti yang dikatakan oleh filsuf Islam Ibnu Sina, “Ilmu adalah harta yang tidak pernah habis.” Mulailah dari langkah kecil, dan biarkan Allah memudahkan jalan Anda menuju keberhasilan akademik dan spiritual. Glosarium Kesenjangan Ilmu (Gap Knowledge): Perbedaan tingkat pengetahuan atau keterampilan antara individu atau kelompok dalam suatu lingkungan. Filsafat: Ilmu yang mempelajari hakikat keberadaan, pengetahuan, dan nilai-nilai dalam kehidupan manusia. Tafakur: Perenungan mendalam dalam Islam untuk memahami kebesaran Allah dan hikmah ciptaan-Nya. Ukhuwah: Persaudaraan dalam Islam yang menekankan kebersamaan dan saling mendukung dalam kebaikan. Majelis Ilmu: Pertemuan untuk mempelajari dan mendiskusikan ilmu, yang dalam Islam dianggap sebagai tempat turunnya rahmat Allah. Penulis : Muhammad Immawan Aulia “Berprogres lah walau hanya 0,001%!”